Tuesday, February 3, 2009

BATAM: PISAU BERMATA DUA

(Profil Paroki St.Petrus Lubuk Baja Batam versi Berkat)

Dalam sejarah perkembangan gereja, Pulau Batam merupakan bagian dari daerah misi Kepulauan Riau. Gerak perkembangan Jemaat di wilayah ini boleh dikatakan tak begitu tampak. Bahkan sampai dengan terbentuknya Keuskupan pangkalpinang pada tahun 1961, Batam hanyalah sebuah wilayah stasi dari Paroki Tanjungpinang. Tetapi sejak adanya proyek "Pengembangan Khusus Otorita Batam" yang dikelola oleh Badan Otorita batam pada awal tahun 70-an, Batam semakin lama semakin meningkat status sosialnya dan tumbuh menjadi sebuah kawasan industri yang maju pesat. Seiring dengan kemajuan tersebut, Gereja Batam juga semakin maju dan mempunyai arti tersendiri bagi perkembangan di Keuskupan Pangkalpinang. Saat ini, Pulau Batam terbagi menjadi dua Paroki, yaitu Paroki Santo Petrus Lubuk Baja dan Paroki Beato Damian Bengkong. Sungguh suatu prestasi yang menggembirakan bagi perkembangan Gereja.
Namun demikian, dibalik prestasi tersebut terselip berjuta tantangan yang harus dihadapi Gereja Batam dari hari ke hari. Batam pada akhirnya dapat diibaratkan bagaikan "Pisau bermata Dua" bagi kehidupan Gereja. Dikatkan demikian karena bagi Gereja,perkembangan Batam yang begitu pesat telah membuka peluang disalah satu sisinya dan tantangan di sisi lainnya. Hal inilah yang dialami oleh Paroki Santo Petrus Lubuk Baja Batam.


SEJARAH & PERKEMBANGANNYA.

Perkembangan Gereja katolik di Pulau Batam tidak terlepas dari peranan orang-orang FLores yang datang pada tahun 60-an. Pada saat itu, sebenarnya sudah ada dua keluarga Tionghoa katolik. Masing-masing adalah keluarga Tan Ju Seng di Waheng (sekarang Batu AJi) yang berasal dari Hongkong dan keluarga Ling Moi di Bengkong dari SIngapura. Namun sayang bahwa kedua keluarga ini belum hidup menjemaat. Ketika Bapak Isa Mawarane (1960) serta Bapak Petrus Piatu Atawolo (1963) dan kawan-kawannya datang ke Batam, mulailah kehidupan doa dari gubuk ke gubuk dalam kelompok kecil.
Sebuah rumah peninggalan orang Singapura di lokasi Mc. Dermott Batu Ampar sekarang, dijadikan tempat berdoa dengan nama Kapela Santa Maria. Kapela ini sekaligus dijadikan sebagai tempat pendidikan anak-anak mereka dengan nama SD Berdikari di bawah asuhan Petrus Piatu sejak 1964. Namun dengan didirikannya PT. IGRAM pada tahun 1969, kapela dan sekolah ini dipindahkan ke sSungai Jodoh. Kapela yang lebih baik dibangun secara swadaya (di sekitar lokasi TOP 100 Jodoh) dan masih digunakan sebagai sekolah. Seiring dengan perkembangan Batam, semakin banyak para pendatang masuk untuk mengadu nasib. Diantara mereka juga terdapat orang katolik, terutama dari Batak dan Jawa sehingga semakin lama jumlah umat semakin banyak. Hal ini berlansung sampai pada pembangunan Gereja Santo Petrus Blok II pada tahun 1982, yang peresmiannya baru pada tahun 1984 di mana daerah Batam pada waktu ini masuk dalam Wilayah paroki Santa maria Dikandung Tanpa Noda Tanjungpinang - Kepulauan Riau.
Dalam perkembangan selanjutnya, Batam tumbuh menjadi sebuah daerah industri yang maju pesat. Berbagai perusahaan berdiri dengan modal asing maupun dalam negeri dan menjadi wilayah Batam terbagi-bagi dalam berbagai kawasan industri. Hal ini juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan Gereja Katolik di wilayah ini. Pada tanggal 16 Oktober 1991, Pulau Batam dan beberapa pulau di sekitarnya dijadikan sebuah paroki tersendiri lepas dari Tanjungpinang. Gereja Santo Petrus Lubuk Baja dijadikan sebagai pusat paroki dengan pastor pertamanya adalah Pastor Alan Nasraya, SVD dengan dibantu oleh Pastor Stabis Kalewair, SVD. Perkembangan daerah Batam dalam kehidupan sosial dan ekonomi berimbas juga pada kehidupan pastoral Gerejanya. Paroki Batam kemudian dimekarkan menjadi dua paroki dengan dibukanya Paroki Beato Damian Bengkong pada tanggal 11 Juni 1995. Dan pada tahun 1997 dengan selesainya Proyek BARELANG, wilayah Stasi Rempang, Galang, dan Dapur Tiga yang sebelumnya merupakan wilayah Paroki Tanjungpinang diserahterimakan ke Paroki St. Petrus Lubuk Baja.
Saat ini wilayah Paroki Lubuk Baja terdiri dari 5 stasi dan sekian banyak kelompok.
  1. Stasi Yohanes Pembaptis Lubuk Baja (pusat paroki) yang terdiri dari 6 kelompok; yaitu: Kelompok Santo Thomas, Yohanes de Brito, St. Elisabeth. St.Pius SUkajadi, St. Yosef Tanjung Uma, St. Theresia.
  2. Stasi St. Yosef Tiban Sekupang, terdiri dari 7 kelompok

No comments: